Suasana politik di
Indonesia mulai memanas, terlebih memasuki masa pendaftaran calon presiden dan
wakil presiden pada tanggal 4-10 Agustus 2018 ini. Banyak tokoh masyarakat dan
cendekiawan melihat krusialnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa jelang
PEMILU 2019 nanti, untuk itu banyak pihak menyerukan agar tidak ada lagi
politisasi agama atau pun menggunakan isu SARA demi meraih suara.
Salah satu pihak yang
menyerukan hal ini adalah dari Cendekia Muda Nusantara, mereka berharap apara
elite politik bisa mewujudkan dinamika politik yang kompetitif dan konstruktif.
“Khususnya para
petinggi partai politik, petinggi ormas, serta ulama-ulama berpengaruh untuk
bersama-sama menjaga agar tidak ada lagi politisasi agama (Islam) untuk
kepentingan kelompok tertentu secara terbuka maupun tertutup,” demikian
pernyataan Ketua Umum Cendekia Muda Nusantara, Adi Baiquni yang dikutip oleh
Tribunnews.com, Jumat (3/8/2018) lalu.
Senada dengan Adi,
Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan akan bahayanya politik identitas
yang mengatasnamakan agama saat membuka Musyawarah Antar Umat Beragama yang
digelar Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Bali, pada Sabtu
(4/8/2018) lalu.
"Gejala pemanfaatan agama dalam kancah perpolitikan tanah air membuat tantangan yang dihadapi dalam upaya memelihara keharmonisan antar umat beragama menjadi semakin kompleks," demikian pernyataannya yang dirilis oleh Kumparan.com.
Baca juga:
Bentrok Dengan Hari Penting Agama, Pejabat di NTT Ini Minta KPU Ubah Jadwal Pemilu 2019!
Jelang Pemilu 2019 Kemenag Lakukan Survei Indeks Kerukunan Umat Beragama, Ini Alasannya!
Selain itu, Made
Mangku Pastika juga mengingatkan pengaruh kemajuan IT yang bisa menjadi ancaman
kerukunan umat.
“Satu sisi mempermudah kehidupan, namun jika
tidak dimanfaatkan secara bijak, bisa menjadi ancaman,” demikian tegasnya.
Dalam berita yang
dirilis Detik.com, Mantan Ketua Umum PP Muhammadiya Ahmad Syafii Maarif atau
yang akrab disapa Buya Syafii juga mengamati kecenderungan negative menggunakan
nama Tuhan dan agama dalam politik ini.
"Yang repotnya
ini yang terlibat kan profesor, tamatan Amerika, Eropa, Australia. Kalau dia
sudah masuk ke politik itu biasanya kewarasan sudah hilang, rasionalitas
hilang," demikian Buya Syafii berkomentar saat hadir dalam diskusi bertajuk
'Agama, Politik, dan Politisasi Agama', di Museum Kebangkitan Nasional, Senen,
Jakarta Pusat, Minggu (29/7/2018).
Ambisi untuk meraih
kekuasaan sering membuat orang membabi-buta dan menghalalkan segala cara, yang
pada akhirnya malah merusak kerukunan dan kesatuan yang sudah terbangun di
bangsa Indonesia ini. Untuk itu, masyarakat harus lebih waspada dan bijaksana
dalam menanggapi setiap isu yang muncul dalam proses demokrasi ini. Mari
wujudkan PEMILU yang damai, santun dan rukun, sehingga Indonesia yang lebih
baik bisa terwujud.